ETNOGRAFI


BAHASA DAN PENELITIAN LAPANGAN

Yashinta Kurnia Brilyanti (181232007)
Chresensia Apriliana E. P. (181232009)
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

ABSTRAK
Bahasa dan budaya adalah satu kesatuan. Hal inilah yang membuat bahasa tali-temali dengan budaya. Memaknai bahasa menggunakan kajian antropolinguistik berkaitan dengan budaya masyarakat penuturnya. Penelitian lapangan merupakan ciri khas antropologi budaya. Penelitian tersebut dilakukan oleh ahli antropologi di mana ahli antropologi tersebut berada di lokasi penduduk bertempat tinggal. Penelitian perihal budaya ini erat kaitannya dengan etnografi. Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan, di mana tujuan utama aktivitas ini yaitu untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli hubungannya dengan kehidupan untuk memperoleh pandangannya mengenai dunianya. Dalam suatu penelitian etnografi bahasa memegang peran yang demikian besar dalam mendeskripsikan pengalaman manusia. Deskripsi etnografi ini meliputi deskripsi etnosentris, deskripsi ilmu sosial, deskripsi etnografi standar, deskripsi etnografi monolingual, deskripsi sejarah kehidupan, dan deskripsi novel etnografi.
                 Kata kunci: antropolinguistik, etnografi, bahasa, deskripsi etnografi

PENDAHULUAN
            Bahasa adalah cerminan realitas budaya yang tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi. Sudaryanto (1990: 12) mengungkapkan bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat pemecah kesunyian (menyapa), memelihara kerjasama, dan mengembangkan akal budi. Fungsi bahasa yang hakiki bukan hanya sebagai alat komunikasi melainkan untuk memelihara persaudaraan antarsesama.
            Bahasa menyerap pertemuan satu informan dengan informan lainnya. Dalam suatu penelitian etnografi, etnografer dapat menggunakan beberapa pendekatan. Pendekatan yang digunakan etnografer bisa berupa pengamatan terlibat, wawancara etnografis, mengumpulkan kisah-kisah kehidupan, campuran dari berbagai stategi penelitian, dan lain sebagainya di mana bahasa muncul pada setiap fase dalam proses penelitian.
            Penelitian etnografi memiliki kaitan yang erat dengan bahasa. Bahasa berperan penting dalam penyusunan penelitian. Bahasa juga menyatukan informasi dari informan dan peneliti. Peran penting bahasa dalam etnografi dapat dilihat dari berbagai bentuk deskripsi hasil penelitian etnografi. Spradley (2007:33-37) membagi deskripsi etnografi menjadi enam jenis. Deskripsi etnografi ini meliputi deskripsi etnosentris, deskripsi ilmu sosial, deskripsi etnografi standar, deskripsi etnografi monolingual, deskripsi sejarah kehidupan, dan deskripsi novel etnografi.

PEMBAHASAN
1. Bahasa dan Penemuan
            Pernahkan Anda memperhatikan bahwa dalam bahasa Indonesia (termasuk bahasa daerah) ditemukan beberapa istilah yang unik dan beragam untuk menggambarkan realita? Kata “nasi” contohnya, menunjukkan realitas makanan yang berasal dari tanaman yang menjadi bahan makanan pokok. Tapi sebutan “nasi” tidak pernah digunakan untuk menyebut tanaman yang berada di sawah (cikal bakalnya nasi). Tentu menyebutnya “padi”. Ketika sudah dipanen, tidak lagi disebut padi, melainkan “gabah”, dan jika sudah digiling atau ditumbuk tidak lagi bernama gabah, tapi “beras”. Baru jika sudah dimasak, bernama “nasi”. Itupun jika komposisi air dan berasnya pas untuk nasi. Tapi jika lebih encer, namanya “bubur” dan jika lebih padat serta dibungkus daun pisang bernama “lontong” atau “ketupat” jika dibungkusnya dau janur kelapa, dan “lemang” jika menggunakan bambu. Kenyataan atau realitas ini tidak ditemukan dalam bahasa Inggris, untuk menunjukkan realitas yang sama, dengan hanya satu kata saja “rice”, baik sebagai “padi”, “beras” ataupun “nasi”. Bahasa dimaknai lebih dari sekadar alat mengomunikasikan realitas. Bahasa lebih dimaknai sebagai alat untuk menyusun realitas. Bahasa membuat manusia untuk mengembangkan akal budi dan meningkatkan kerja sama antarsesama manusia guna meningkatkan hubungan persaudaraan. Bahasa yang berbeda akan menciptakan dan mengekspresikan realita yang berbeda pula. Bahasa yang berbeda tersebut akan mengkategorikan pengalaman pengalaman dengan cara yang berbeda. Bahasa yang berbeda memberi pola-pola alternatif untuk berpikir dan memahami.
            Dalam penelitian kebudayaan di lapangan, etnografer harus memperhatikan beberapa hal penting. Hal penting tersebut di antaranya yaitu perhatian etnografer dalam penggunaan bahasa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan cara mencatat makna-makna yang ditemukan dalam dan selama penelitian berlangsung. Etnografi mulanya dilakukan terhadap masyarakat non-barat, oleh karenanya mempelajari bahasa penduduk asli menduduki prioritas tertinggi. Seorang etnografer harus mengetahui bahwa memahami bahasa merupakan prasyarat yang diperlukan untuk melakukan penelitian itu. Sebagai contoh jika hendak mempelajari suku Bushmen, suatu desa yang jauh di pegunungan Andes, atau satu suku bangsa yang terisolir di Papua Nugini, etnografer sekurang-kurangnya dapat memahami dan mengunakan bahasa di tempat tersebut. Bulan-bulan pertama di lapangan dihabiskan bersama informan yang mengajari etnografer berbicara dan memahami bahasa penduduk asli. Tetapi dalam proses itu, di samping memperoleh kemampuan untuk berkomunikasi, ahli etnografi juga mempelajari sesuatu yang mempunyai signifikansi yang cukup besar. Ahli etnografi dan informan menemukan beberapa hal, di antaranya yaitu terkait cara penduduk asli mengkategorikan pengalaman, cara informan menggunakan kategori pengalaman tersebut dalam pemikiran yang biasa, cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dipahami oleh informan, permasalahan-permasalahan yang ada di balik berbagai aktivitas sehari-hari dan lain sebagainya.
            Spradley (2007:26) memaparkan bahwa mempelajari bahasa merupakan dasar dari penelitian lapangan. Mempelajari bahasa menjadi sebuah langkah paling awal dan paling penting untuk mencapai tujuan utama etnografi dalam mendeskripsikan suatu kebudayaan dengan batasan-batasannya sendiri. Seorang pelopor etnografi bernama Franz Boas menyebut jika tujuan utama etnografi benar-benar untuk memahami pemikiran suatu masyarakat maka seluruh analisis pengalaman harus didasarkan pada konsep-konsep masyarakat tersebut.
2. Bahasa Dan Deskripsi Etnografis
            Bahasa memiliki peran penting dalam penelitian etnografi. Spradley (2007: 33) mengungkapkan bahwa hasil akhir dari penelitian etnografi adalah deskripsi secara verbal mengenai budaya yang dipelajari. Pendapat ini menunjukkan bahwa penelitan etnografis dan bahasa verbal tidak dapat dipisahkan. Bahasa verbal mendeskripsikan hal-hal yang hendak disampaikan melalui penelitian etnografi.
            Spradley (2007: 33) mengungkapkan bahwa deskripsi etnografi merupakan terjemahan. Pendapat ini menunjukkan bahwa suatu deskripsi etnografi memerlukan proses alihbahasa dari bahasa asli ke dalam bahasa asing atau bahasa yang digunakan khalayak umum. Oleh karena itu, diperlukan proses penerjemahan bahasa asli ke dalam bahasa yang digunakan oleh peneliti atau khalayak umum yang nantinya akan membaca hasil penelitian. Peneliti yang hendak mencari informasi dalam bahasa asli pun dituntut untuk menguasai bahasa masyarakat yang hendak diteliti. Tanpa memahami bahasa penduduk asli, peneliti tidak akan menemukan informasi secara utuh. Mempelajari suatu budaya berarti mempelajari pula bahasanya. Sebagai contoh, peneliti yang hendak melakukan penelitian etnografis terhadap suatu kelompok masyarakat di wilayah Papua tidak dapat memperoleh data yang lengkap apabila hanya melakukan observasi saja. Peneliti harus terlibat secara aktif ambil bagian dalam budaya setempat termasuk mempelajari budaya masyarakat yang bersangkutan.
            Terjemahan bukan hanya diartikan sebagai alih bahasa saja tetapi juga menjelaskan suatu budaya supaya dapat dipahami oleh khalayak umum yang beraneka latarbelakang budaya. Dalam menjelaskannya, seorang peneliti tidak bisa hanya menggunakan bahasanya sendiri. Peneliti juga harus melibatkan bahasa asli masyarakat yang diteliti termasuk istilah-istilah dan makna asli (native).
            Ada beberapa tipe-tipe deskripsi menurut Spradley (2007: 33) yang menggambarkan perbedaan dalam hal sejauh mana suatu deskripsi merefleksikan sudut pandang penduduk asli. Berikut ini penjelasannya.
a. Deskripsi Etnosentris
            Deskripsi ini hampir tidak menggunakan bahasa penduduk asli maka deskripsi ini secara otomatis kurang menunjukkan muatan asli budaya yang diteliti.  Hampir 90 % bahasa yang digunakan adalah bahasa peneliti atau bahasa populer yang digunakan banyak kalangan. Dengan kata lain, ada makna-makna asli yang diabaikan. Sebagai contoh, pengamatan suatu budaya  di wilayah non-barat terkait dengan penggunaan aksesoris yang berlebihan oleh wanita di suatu suku dipandang sebagai tindakan yang kotor, primitif, atau aneh sedangkan apabila dilihat dari perspektif budaya, hal tersebut adalah bagian dari kekayaan budaya suatu masyarakat yang memuat nilai-nilai kearifan lokal.
b. Deskripsi Ilmu Sosial
            Deskripsi ini bertujuan untuk menguji suatu hipotesis atau teori. Deskripsi didasarkan pada pengamatan, wawancara, kuesioner, atau tes psikologi. Oleh karena itu, deskripsi ilmu sosial tampak merefleksikan sudut pandang penduduk asli. Bagaimanapun juga ilmuwan sosial adalah ‘orang luar’ yang mengembangkan konsep analitis mereka, bukan konsep analitis informan. Berikut ini contoh pernyataan seorang ilmuan sosial terhadap suatu budaya.
                        “Pasien itu kemudian tampak menyerupai seorang penderita ‘schizo-phrenia’ yang lupa akan kesulitannya serta lupa akan sebab-sebab dia mundur dalam kehidupannya. Pecandu alcohol itu sekarang menjadi seorang ‘gelandangan’ (burn) yang menempati hunian kumuh. Sepanang dia dapat melanjutkan kebiasaan minumnya, dia sama sekali tidak mengetahui atau tidak peduli mengapa dia meminum minumna keras. (Philip Solomon, 1966: 165).
            Deskripsi di atas tidak merefleksikan pengetahuan budaya dari orang-orang yang menghuni perkampungan kumuh.
c. Etnografi Standar
            Deskripsi ini menunjukkan tingkat keberagaman bahasa penduduk asli. Peneliti memasukkan konsep informan dan istilah-istilah yang digunakan peduduk asli. Konsep budaya asli dijelaskan dengan konsep analitis sehingga kajian etnografis berakar kuat dalam bahasa yang digunakan oleh penduduk asli. Konsep dan makna yang dimiliki informan dimasukkan ke dalam deskripsi dan memberikan suatu pengertian mendalam mengenai pandangan hidup lain yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
d. Etno Monolingual
            Deskripsi ini bersumber dari deskripsi masyarakat terpelajar setempat yang merupakan masyarakat asli budaya yang dipelajari. Bahasa yang dideskripsikan oleh masyarakat ini kemudian dipelajari dengan cermat semantiknya oleh etnografer ke dalam bahasa Inggris atau bahasa peneliti. Contoh dari deskripsi etno monolingual adalah cerita rakyat, kejadian bersejarah, dan pengalaman pribadi. Etnografi sering juga disebut memeliki kemiripan dengan kategori deskripsi sejarah kehidupan.
e. Sejarah Kehidupan
            Jenis ini mendeskripsikan suatu budaya dengan mengungkap kehidupan masyarakat secara terperinci dan menunjukkan bagian-bagian penting budya yang dikaji. Deskripsi dapat dicatat dalam bahasa penduduk asli kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa lain. Dapat pula dicatat ke dalam bahasa Inggris secara langsung apabila informannya bilingual.
f. Novel Etnografis
            Novel etnografis ditulis oleh penduduk asli suatu masyarakat. Novel ini kaya akan deskripsi. Bahasa yang digunakan adalah bahasa penulis yang dipakai oleh masyarakat atau komunitas asal tokoh dalam novel. Novel ini mengandung makna kebudayaan yang disajikan oleh penulis dalam bentuk cerita sehingga selain pembaca dapat menikmati isi cerita, pembaca akan menemukan makna budaya yang terkandung di di dalamnya. Contoh novel etnografi yang beredar di Idonesia adalah novel karya J. A. Sonjaya, terbitan Kompas berjudul Manusia Langit. Manusia Langit adalah kumpulan cerita pendek. Salah satu judulnya adala Periuk Bayi. Periuk Bayi mendeskrpsikan kebudayaan, adat istiadat, serta sejarah orang Nias.

SIMPULAN
            Bahasa memegang peran yang demikian besar dalam pengalaman manusia. Bahasa memengaruhi manusia untuk mengembangkan akal budinya sehingga meningkatkan kerja sama antarmanusia dan jalinan persaudaraan semakin kuat. Penelitian etnografis erat kaitannya dengan bahasa. Bahasa adalah alat yang digunakan untuk mendeskripsikan penelitian etnografis. Sudaryanto (1990: 12) mengungkapkan bahwa fungsi bahasa bukan sekadar alat untuk berkomunikasi tetapi juga sebagai alat pemecah kesunyian (menyapa), untuk memelihara kerjasama, dan mengembangkan akal budi. Dengan ketiga fungsi ini, bahasa dalam penelitian etnografis tidak lagi sekadar mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas tetapi juga berfungsi memelihara persaudaraan antarmanusia.

DAFTAR RUJUKAN
Kuswarno, Engkus. 2008. Etnografi Komunikasi Suatu Pengantar dan Contoh Penelitiannya.       Bandung: Widya Padjadjaran.
Sonjaya, J.A. 2010. Sebuah Novel Etnografis: Manusia Langit. Jakarta: PT. Gramedia.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sudaryanto. 1990. Menguak Fungsi Hakiki Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Komentar